Salam

Terimakasih atas kesediaanya membaca tulisan-tulisan dalam blog ini. Semoga memberi manfaat. Keselamatan, kesejahteraan dan berkah Tuhan semoga senantiasa melingkupi kita semua. Mari menikmati hidup ini...

Jumat, 08 Juni 2012

Laku Para Durjana


Membaca buku "Panembahan Senapati" saya mendapati ajaran-ajaran yang penting.


Diceritakan bahwa Panembahan Senapati belajar pada seorang guru, yakni Pangeran Karanggayam. Panembahan Senopati belajar kepada beliau tentang ilmu sosial kontemporer, ilmu tata Negara, ilmu ekonomi, ilmu pertahanan dan keamanan, ilmu kebudayaan, ilmu humaniora, ilmu diplomasi, ilmu agama dan belajar kitab jawa kuna. 

Dalam mengolah negara, Pangeran Karanggayam berpetuah untuk mengetahui tingkah laku manusia. Sang guru mengatakan bahwa terdapat tiga jenis tingkah laku manusia, yang harus diketahui. Yang pertama adalah cerdik pandai, yang kedua adalah para saudagar, dan yang ketiga adalah para durjana yang mempunyai tiga tipe yaitu nista, madya, dan utama.

Para durjana dikatakan jahat karena ia telah berbuat kejahatan. Ada yang dikatakan durjana yang utama, ialah yang berani menampakkan diri. Namun, mereka mampu menyamar seperti orang baik-baik dan mempunyai keunggulan dibanding dengan orang lain. Ia belajar dan sering melatih diri untuk memusatkan pada tujuan, agar apa yang diinginkan dapat tercapai. Meski ia berbuat jahat, ia dapat pula berbicara tentang kebaikan.

Laku yang kedua yaitu laku madya, ia diam saja dan menunggu kelengahan orang, baru ia melaksanakan kejahatannya. Sedangkan laku yang nista, mereka nekat dan tak tahu malu seperti mencopet, mengutil, merebut, merampok. Mereka kebal dipukul karena sudah terbiasa dan mereka tak khawatir. Karena sudah tak berperasaan memburu harta sekehendak hatinya.
--
kita-kita ini, kalau durjana yang nista sepertinya, tidak ada potongan, karena tertancap duri saja meringis, apalagi kebal pukul, yang mungkin, yakni menjadi durjana madya atau durjana utama. Ah, tapi semoga saja tidak demikian. Kita semua ingin menjadi cerdik pandai atau para saudagar.

Ahmad Shobirin/08Mei2012

Bahagia Dengan Ilmu dan Iman



--
Ilmu memberi kekuatan yang menerangi  jalan, sedangkan iman menumbuhkan harapan dan dorongan bagi jiwa.
--
Ilmu menciptakan alat-alat produksi dan akselerasi, sedangkan iman menetapkan haluan yang dituju serta memelihara kehendak suci.
--
Ilmu adalah revolusi eksternal, sedang iman adalah revolusi internal.
--
Ilmu memelihara manusia dari penyakit-penyakit jasmani dan petaka duniawi, sedang iman memeliharanya dari kompleksitas kejiwaan serta petaka ukhrowi.
--
Ilmu menyesuaikan manusia dengan diri dan lingkungannya, sedang iman menyesuaikan dengan jatidirinya.
--
Ilmu bagai air telaga yang tenang, tetapi tidak jarang mengeruhkan pemiliknya. Sedang iman bagaikan air bah dengan gemuruh suaranya tetapi selalu menenangkan jiwa pemiliknya.
--
Ilmu mudah diubah oleh pemiliknya, sedang iman sulit diubah.
--
Ilmu dan iman keduanya merupakan kekuatan; kekuatan ilmu terpisah sedang kekuatan iman menyatu.
--
Ilmu dan iman keduanya adalah hiasan; ilmu adalah keindahan akal, sedang iman adalah hiasan  jiwa; ilmu hiasan pikiran dan iman hiasan perasaan.
--
Ilmu dan iman keduanya menghasilkan ketenangan: ketenangan lahir oleh ilmu dan ketenangan batin oleh iman.
--
Ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan bayi, dan iman tanpa ilmu bagaikan kompas di tangan pencuri.
--

Semoga kita mendapati keduanya. Bukan satu.

/Ahmad Shobirin/8Mei2012


Selasa, 05 Juni 2012

Manusia Memang Aneh




Membaca tulisan Paulo Coelho pada halaman 246 di bukunya “Seperti Sungai Yang Mengalir”. Saya tertawa. Menertawai manusia. Manusia yang mempunyai sifat-sifat yang aneh. Karena saya sejenis manusia, maka saya menertawai diri sendiri. Diri sendiri yang mempunyai sifat-sifat aneh.

Tulisan yang singkat. Hanya dua paragraf. Begini tulisnya:

Seorang laki-laki bertanya kepada teman saya, Jaime Cohen, “Apa sifat aneh pada manusia?”
Cohen berkata, “Sifat-sifat kita yang serba bertolak belakang. Waktu masih kecil, kita ingin cepat-cepat dewasa, lalu setelah dewasa kita merindukan masa kecil yang telah hilang. Kita mencari uang sampai kita sakit-sakitan, lalu uang itu kita habiskan untuk berobat supaya sembuh. Kita begitu cemas memikirkan masa depan, sampai-sampai kita mengabaikan masa kini, sehingga kita tidak benar-benar hidup di masa kini maupun di masa depan. Kita hidup seolah-olah kematian tidak berkuasa atas diri kita, dan kita mati seolah-olah kita tidak pernah menjalani hidup.”

Hmh..
--
Ahmad Shobirin/5/Juni/2012

Terasa Lain


antarafoto-13388139


Angin malam ini terasa lain
Apakah karena mengabarkan gerhana purnama yang telah berlalu
Dari speaker notebook kudengar Caspian wind sufi music ansamble bermain
Bergerak gerak bersama angin menggelombang syahdu

Terang purnama kali ini  juga terasa lain
Ah terang saja begitu
Bukankah malam ini ia sedang kau pandang?
Lembut tatapmu itu melekat ditanahnya
Lalu dipantulkannya ke dalam bilik jendela kamarku

Tentu, lembutnya jelas kurasa
Karena angin juga turut membawanya

Dan aku tahu
Ternyata karena itulah angin malam ini terasa lain

--
Ahmad Shobirin/4/Juni/2012