Salam

Terimakasih atas kesediaanya membaca tulisan-tulisan dalam blog ini. Semoga memberi manfaat. Keselamatan, kesejahteraan dan berkah Tuhan semoga senantiasa melingkupi kita semua. Mari menikmati hidup ini...

Minggu, 14 April 2013

Menggendong, Membuat Cerdas


Hari ini saya dan keluarga jalan-jalan di taman flora surabaya. Sambil membawa si kecil. Suasananya ramai, banyak pengunjung, rata-rata mereka membawa anak-anaknya. Juga ada beberapa muda-mudi sedang berdua-duaan disana. Pasti mereka sedang gelisah memikirkan masa depannya. Hehe. Ingat anak muda, cinta kasih yang tak dilanjutkan dengan pernikahan hanya akan menumbuhkan penderitaan yang panjang. (weis guaya..)

Udaranya pun sejuk.  Namanya juga taman flora,  atau disebut juga kebun bibit. Pasti sejuk. Banyak pepohonan seperti flamboyan, sono, asem londo, gandhulan dan lain sebagainya. pepohonan itu meredam deru kendaraan bermotor, yang mengalir di sungai aspal itu.  


Keliling sejenak untuk mencari tempat yang pas untuk menggelar tikar. Menikmati kue rangin yang dijual di pintu masuk. Setelah dapat tempat, aku memesan kopi susu dari warkop yang berjajar di luar pagar.   

Najuba, anak pertama saya yang sekarang masih berusia enam bulan, dalam perjalanan menuju ke tempat ini tidur saja. Sampai di lokasi pun seperti itu. Saya godain biar bangun. Ia melek dengan berat. Tapi akhirnya melek juga. Saya gendong kemudian berkeliling untuk mengamati hijau-hijau daun (suara dengarkanlah aku…), Ia mengamati dari satu fokus, ke fokus yang lainnya.

Nah, dalam catatan ini saya ingin membahas masalah gendong-menggendong. Bukan menggendong ibunya lho ya… tapi menggendong anaknya.

Beberapa orang bilang kalau anak sering digendong menjadikan ia manja. “Bau tangan”, atau “tuman” kata orang jawa. Nah kalau ndak digendong berarti "bau kasur" dong. Hehe.. ternyata setelah saya baca-baca buku dan jelajah dunia maya ternyata menggendong malah membuat bayi menjadi cerdas. Wow (sambil nyruput kopi) meski membuat kita “kemeng”. Demi anak kemeng-kemeng dikit ndak masalah, itung-itung seperti fitnes angkat barbel. Hahai. Beberapa alasan ini saya dapatkan di bukunya Jalaluddin Rahmat yang berjudul “Belajar Cerdas” terbitan kaifa.

Selama sembilan bulan dalam kandungan ibunya, seorang bayi seolah berada dalam ayunan. Sehingga ketika lahir, dia mencari kenyamanan yang sama dengan digendong. Manakala digendong, bayi akan mencari posisi yang nyaman, tubuhnya akan bergerak dan dengan itu ia mengatur dirinya secara neurologis.

Jika bayi Anda menangis, angkat dan gendonglah. Segera ia akan merasa aman, stres dan kecemasannya berkurang, sehingga bayi yang lebih jarang menangis. Dan bayi yang jarang menangis, ia menggunakan lebih banyak waktu dan energinya untuk tumbuh dan belajar. Bayi yang digendong menunjukkan pertam-bahan waktu bangun, yang disebut dengan kesadaran tenang. Inilah keadaan ketika bayi dalam keadaan paling tenang dan paling mampu berinteraksi dengan lingkungan.

Ketika digendong dalam buaian bayi akan lebih banyak mendapatkan perhatian orang tua dan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan, dan karenanya, akan benyak membangun koneksi-koneksi sel otak.

Para peneliti bilang nih, kalau bayi yang digendong menunjukkan kesiapan visual dan auditif yang lebih tinggi. Karena itu, kalau menggendong bayi, usahakan ia memandang ke depan. Pandangannya akan lebih luas. Kemudian ia akan memfokuskan pada apa yang ingin dilihat dan memalingkan dari apa yang tidak ingin dilihat. Kemampuan memilih inilah meningkatkan proses belajar.

Ketika menggendong bayi, Anda boleh untuk melakukan aktifitas lain. karena ternyata bayi belajar banyak pada pengasuh yang sibuk. Otak bayi akan menyimpan pengalaman-pengalaman ini sebagai ribuah potongan film pendek yang tersusun dalam “perpustakaan neuron”.

Para ayah, jangan malas menggendong bayi Anda. Jangan cuma ibunya saja yang di gendong, eh yang menggendong.




Enjoy...

[Ahmad Shobirin/14/April/2013]