Salam

Terimakasih atas kesediaanya membaca tulisan-tulisan dalam blog ini. Semoga memberi manfaat. Keselamatan, kesejahteraan dan berkah Tuhan semoga senantiasa melingkupi kita semua. Mari menikmati hidup ini...

Selasa, 12 November 2013

Menziarahi Diri


Catatan hari ini : Selasa, 12 Nopember 2013

Menjaga UAS di kelas 2a. Sembari membaca koran Kompas di rubrik  “Kehidupan” yang hadir tiap minggu. Bagi kebanyakan orang Minggu adalah jeda rutinitas. Saat untuk merenung, koran-koran tidak hanya memuat mengenai berita-berita saja. Tetapi lebih kepada ficer dan tulisan-tulisan yang lebih bersifat ke sastra. Seperti yang saat aku baca hari ini.

Ada judul arikel “Perjalan Menziarahi Diri” tulisan mengenai perjalanan melintasi perbatasan perancis-spanyol menuju Santiago de Compostela. Aku langsung teringat tentang satu novel Paulo Coelho yang berjudul The Pilgrimage: atau Ziarah.

Dalam tulisan itu mereka yang melakukan perjalanan adalah mereka yang  mengikuti panggilan jiwanya. Mereka bisa berbagi kisah-kisah yang menjadi beban kepada mereka yang sama-sama melakukan perjalanan tanpa merasa khawatir dihakimi. Namun yang lebih sering adalah keheningan yang hadir di antara desau angin dan desir air dari sungai-sungai kecil, hal-hal itu lebih melarutkan kepedihan mereka. Perasaan ringan mereka rasakan saat duduk melepaskan lelah di bawah pohon oak tua di hutan. Jiwa kering mereka terasa seperti dibasuh embun yang menyelimuti jalan-jalan setapak.

Dalam tradisi lain, seperti di jawa hal ini juga tak terlalu asing. Mereka menziarahi diri untuk menemukan makna hidup. Kita sering melihat di jalanan ada seseorang yang memakai tongkat dan membawa tas ransel. Atau bahkan tak membawa apapun selain hanya baju di badan. Badan dan pakaiannya lusuh. Mereka tidur dimana ia suka, makan dan minum dari belas kasihan orang. Kita menganggapnya gila, pahadal mungkin mereka sedang menziarahi diri. Ingin mengerti tentang makna-makna kehdupan. Perjalanan terjauh adalah pejalanan ke dalam diri sendiri.   

Ada kata yang menarik dari yang aku baca di artikel ini “Kalau kita mematuhi hukum Semesta, hidup ini akan terasa penuh, tetapi tak pernah sesak”.

Ingin rasanya melakukan penziarahan. Pergi ke suatu tempat. Tetapi bukankah tiap detik adalah penziarahan? Berpindah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Adakah kita telah mengambil makna dari sana?