2 april 2010
Mall. Tempat wisata bagi orang susah. Tempatnya dingin, ada acenya. Selalu bersih. Ndak seperti pasar tardisional, sumpek, bau keringat, puanas. Meski barang yang dijual dapat ditawar. Kalau saya ke mall. Sekedar melihat lihat tanpa membeli istilah kerennya window shoping. Maklum harganya agak lumayan. Kalau sedang pacaran saya paling malas ke mall. Isin. Wong ndeso. Mending ke toko buku di jalan Semarang dan jalan Blauran, atau ke pasar wonokromo. Tapi ya itu. Sering buat pacar marah, karena jalan-jalannya cuma kesitu-situ aja.
Pas jaga pameran kemarin, aku melihat ada muda mudi yang berduaan. Si mudinya terlihat murung, si mudanya sibuk merayunya dengan memilih-milih boneka beruang. Lamat-lamat aku dengar puisinya yang ia katakan di dalam hati. Begini kalau tidak salah.
Sampai hari ini kau terlihat murung
Aku tahu kita habis bertarung
Hatiku dan hatimu memang kadang tak akur
Tapi bukan berarti, setiap saat harus bertempur
Kemarilah, aku berikan boneka beruang
Jika kau marah padaku, ia bisa kau tendang
Jangan aku yang kau tendang
Tidakkah engkau masih sayang?
Aku rela uangku habis
Asal tak kulihat engkau menangis
Aku kangen senyummu yang manis
Seperti saat mengenalmu di bawah gerimis
Ayo kita berkeliling lagi
Masih banyak etalase yang belum kau kunjungi
Jika kau suka boleh kau tunjuk satu dua biji
Boneka sudah, sekarang baju atau arloji
Kalau masih belum puas
Aku bisa ninggal kartu identitas
Aku punya KTP, juga kartu jamkesmas
Kalau sakit, si penjaga etalase akan gratis berobat ke puskesmas
Ah tidak, aku hanya bercanda
Ayolah engkau tertawa
Tampakkan gigimu yang rata
Agar aku tak menderita
Inilah resiko cinta
Untukmulah segala yang kupunya
Karena itu, tolonglah adinda
Janganlah engkau bermuram durja
Sepulang nanti
Aku akan mengaji, kepada Tuhan kulantunkan puja puji
Agar aku lancar dapat rejeki
Dan segera kita belanja kembali
