Penulis :
Je Abdullah
Penerbit :
Noura Books
Cetakan :
I, Januari 2014
Tebal :
xxxviii + 341 hlm
ISBN : 978-602-1606-23-0---
Upaya mamahami maksud firman-firman Allah dengan kemampuan manusia itulah yang dinamakan
tafsir.
~ M.Quraish Shihab
Ramadhan bulan Al-Quran. Dan ingat, ramadhan hampir usai. Membaca al Quran di bulan ini akan
mendapatkan pahala yang berlimpah. Namun sebagai seorang muslim yang haus akan
ilmu, tidak cukup hanya sekedar membacanya, namun juga memaknainya. Buku ini mampu mengantarkan kita untuk memahami al Quran dengan cara yang unik.
Cara tafsir genre baru
Al Quran merupakan petunjuk bagi manusia agar sikap
dan perbuatannya sesuai dengan apa yang dikehendakiNya. Upaya mamahami maksud
firman-firman Allah dengan kemampuan manusia itulah yang dinamakan tafsir,
begitu ujar M. Quraish Shihab. Je Abdullah penulis buku ini mencoba untuk
menafsirkan al Fatihah dengan kemampuan dan caranya yang unik, yakni dalam
bentuk novel.
Cerita Novel ini diawali dari surat misterius yang
diterima Yuli, seorang remaja Masjid desa Tinggar Mataram. Isi surat itu telah
benar-benar membuat kepercayaan diri Yuli merasa terkoyak dan terguncang. Sebab
selama ini merasa telah memasrahkan seluruh hidupnya untuk Al-Quran. Namun
ketika membaca surat itu ia merasa dalam kekeliruan yang bodoh dalam
memperlakukan Al-Quran. Surat itu berisi tentang kegelisahan al Quran. Sang
Al-Quran merasa kesepian, meskipun pengagumnya banyak. Ia merasa ada tembok
yang memisahkan mereka dan pengagumnya, yakni bahasa. Sehingga mereka tak bisa
saling berbicara dari hati ke hati. Memang benar, bahwa ia tersanjung sebab
atas nama cinta dan kehati-hatian serta upaya memagari dari kekeliruan
penafsiran, maka para ulama menyusun beberapa perangkat ilmu “canggih” seperti nahwu, sharaf, asbabunnuzul, balaghah,
nasikh mansukh, munasabah, dan lain-lain sebagai dasar untuk memahami al
Quran. Di sisi lain, hal itu menjadi benteng penghalang bagi orang-orang awam
untuk mengkaji al Quran. Mereka takut karena merasa tak layak untuh hal itu.
Maka yang terjadi, orang-orang hanya sekedar membacanya tanpa berupaya secara
serius memahami makna-makna yang terkandung di dalamnya. Padahal al Quran
datang untuk semua, tanpa peduli ras, warna kulit,tingkat kecerdasa bahkan
agama
Malam itu juga, ia menemui sesepuh kampung Tinggar,
Miq Saeni, alumnus perguruan tinggi jurusan Tafsir-Hadis. Miq Saeni merasakan
hal yang sama. Gelisah. Gundah Gulana. Miq Saeni, berpesan kepada Yuli untuk
mengumpulkan beberapa temannya yang peduli dengan Al-Quran esok bakda subuh.
Untuk menjelaskan dan membahas tindak lanjut dari isi surat itu.
Isi surat itu benar-benar menampar dan menyadarkan
mereka. Mereka merasa harus berbuat lebih untuk memaknai al Quran. Dari sana
mereka mengambil inisiatif, bahwa gagasan mereka tentang halaqah tadarusan al quran yang dulu pernah mereka gagas harus
segera direalisasikan. Bukan tadarusan yang biasa, namun yang lebih menekankan
pada upaya memahami pesan al Quran. Pemaknaan yang dapat dijadikan pedoman
nyata dalam memahami kehidupan sehari-hari.
Mereka memilih melakukannya tiap bakda subuh. Ayat-ayat
yang mereka kaji adalah surat Al Fatihah. Pertemuan itu di pimpin oleh Miq
saeni sebagai sesepuh kampung, dan setiap mereka yang hadir dalam tadarrusan
itu dipersilahkan untuk memberikan padangan dan pendapat mengenai ayat yang kaji
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Dalam tadarrusan itu para tokoh berdialog secara interaktif
untuk mengkaji dan menafsirkan surat al Fatihah. Makna-makna yang terkandung di
dalamnya terangkum indah. Beberapa pembahasan ayat yang dilangsungkan pada setting tempat di pantai di Lombok
menyeret imajinasi pembaca ikut merasakan suasana yang digambarkan. Hal ini
membuat pembaca betah untuk menyimak setiap pembahasannya dengan mudah dengan
suasana yang rileks. Tadarusan itu mengubah hidup mereka. Mereka menemukan
makna hidup yang lebih dalam, mampu menemukan dan membuka pintu-pintu semesta kebahagian,
menunjukkan jalan menuju kesuksesan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
sejati.
Seperti kemampuan novel pada lazimnya novel ini mampu
mengajak pembaca untuk larut dalam alur cerita dan mengambil makna-makna yang
tersirat. Inilah salah satu keunggulan novel, yakni disajikannya konflik,
penokohan, alur, latar, serta setting
waktu dan tempat yang mampu membangkitkan dan memengaruhi imajinasi pembaca.
Tak berlebihan jika buku ini bisa disebut sebagai novelisasi tafsir. Sebuah
cara baru dalam dunia tafsir al Quran disajikan dengan cara yang unik.
Corak
penafsiran
M. Quraish Shihab dam buku ‘Membumikan al Quran’
menyatakan bahwa dalam dunia tafsir, ada beberapa corak penafsiran seperti
corak sastra bahasa, filsafat dan teologi, penafsiran ilmiah, fikih dan hukum,
tasawuf, dan corak budaya kemasyarakatan.
Dalam bingkai novel ini, corak-corak penmafsiran
tersebut dapat dikombinasikan menjadi satu. Inilah salah kelebihannya. Secara
apik, ia melibatkan tokoh-tokoh dengan berbagai macam karakter dan latar
belakang mampu membangun suasana dialogis interaktif diantara mereka. Para
tokoh itu, mampu mengutarakan dan merangkum penjabaran para cendekiawan tafsir
seperti M. Quraish Shihab dengan tafsir al Misbahnya, Wahbah Mustafa Zuhailli
dengan tafsir al Munirnya, Ibnu Kathir, Ali Unal ulama dari Turki, Ashfahani,
serta para cendekiawan lain dalam bidang tafsir al Quran yang tentunya
mempunyai coraknya masing-masing. Mereka semua disatukan dalam novel ini.
Karenanya, novel ini tidak bermaksud menandingi
tafsir-tafsir yang sudah ada, sebab justru tafsir-tafsir yang sudah ada menjadi
bahan rujukan percakapan para tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel. Tujuan
karya ini jauh lebih sederhana yakni mengakrabkan al Quran kepada pembaca
dengan cara yang kreatif namun tetap sarat makna. Mengungkapkan kandungan al
Fatihah untuk dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan
sebuah cara yang patut disambut baik dalam dunia tafsir al Quran yang cenderung
formal, berat dan kaku, menjadi luwes, ringan dan mengalir. Karena itu, buku
ini patut menjadi bacaan kita semua yang ingin mereguk kandungan makna al Quran
khususnya surat al Fatihah dalam kehidupan sehari-hari. Selamat membaca dan
menikmati sajian makna al Fatihah dengan cara yang asik.
[]
Ahmad Shobirin
*Pendidik di SD Pembangunan
Jaya 2 Sidoarjo dan Pengelola Rumah Baca ImHabba Gresik
Twitter: @pakguruobi
Twitter: @pakguruobi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar