Sebagai seorang lelaki, Anda
pasti bangga jika bisa menidurkan anak Anda yang masih bayi. Petang ini, saya dapat
2 jempol dari istri saya karena saya bisa membuat si bayi nyaman untuk tidur
dalam buaian saya.
--
Pulang kerja tadi, Najuba (nama
putri saya) sedang tidur di buaian istri saya. Nampaknya ia habis netek. Namun
tak lama, kemudia ia bangun. Saya dimintanya untuk mengembannya. Namun, badan
masih terasa capek. Biasa, itu alasan umum laki-laki yang sehabis kerja.
Istri belum masak sore. Dan juga belum
belanja lauk pauk. Tugas pun dibagi, saya pergi mencari lauk (ikan mujair) di pasar dekat
rel, sedangkan istri sambil menggendong si kecil beli pauk (sayur) warung pracangan
dekat rumah.
Setelah semuanya terbeli, maka
tugas saya selanjutnya adalah nungguin si kecil. Karena, bundanya mau memasak.
Mulanya ia diam saja saat diletakkan di kasur oleh bundanya. Saya kudang dan saya ajak bicara, ia merespon, seakan-akan ikut mengerti apa yang saya bicarakan, senang sekali kalau
demikian. Lama-lama, habis juga bahan diskusi dengan si bayi, saya tinggal
nonton berita mengenai si Ruhut Sitompul yang di Pecat dari pengurusan partainya.
Tidak lama setelah saya tinggal nonton
berita tersebut, ia menangis. Mungkin karena sedang ngantuk. Maka,saya angkat
dan saya timang. Tetapi masih saja rewel, mungkin sedang cari tetek. Padahal, bundanya
sedang olah-olah. Kalau nanti aku serahin ke bundanya, wah, bisa jadi ndak
makan. Karena polemik tersebutlah, saya teruskan menimangnya.
Saya timang berkeliling di dalam
rumah. Saya iringi dengan suara desisan untuk
mendiamkan. Ia mengamati benda-benda yang ada disekitarnya. Setengah jam berlalu.
Ou ternyata saya termasuk ayah yang penuh dengan kelembutan dan kehangatan, terbukti ia mulai kriyep-kriyep. Ia melemas dan tertidur. Yes. Saya letakkan
pelan di kasurnya. Ia tetap tidur. Kesempatan ini, saya gunakan untuk sholat
maghrib. Seusai sholat, ia terbangun lagi. Yah, nimang lagi. Setelah saya
timang sekitar setengah jam, yes! tidur lagi. Saya letakkan, eh sepuluh menit
kemudian bangun lagi. Saya timang lagi, saya ajak berkeliling. Lama-lama kemeng
juga. Saya bilang ke istri bahwa mulai tangan saya kemeng. Ia malah senyum
senang, sambil meneruskan menggoreng ikan mujair. Senyumnya itu seperti
mengatakan, “yah, begitu saja udah capek,
belum seberapa itu.” Biar ndak malu, saya teruskan menimangnya.
Saya menyadari, tidak ada yang
menyamai kekuatan perempuan. Kekuatannya, karena kelembutannya. Dan kelembutan
adalah kekuatan yang bertahan lama. Kalau laki-laki, kekuatannya adalah dalam
kekakuannya, dan kekakuannya adalah kekuatan yang berdurasi cepat. Hehe.
Anak kami tidur, dan kami menikmati
makan malam bersama.
Enjoy, your life…
[]
Ahmad Shobirin Obiyoso/14/Des/2012