Hari ini saya dan keluarga
jalan-jalan di taman flora surabaya. Sambil membawa si kecil. Suasananya ramai, banyak pengunjung, rata-rata mereka membawa anak-anaknya. Juga ada beberapa muda-mudi sedang berdua-duaan disana. Pasti mereka sedang gelisah memikirkan masa depannya. Hehe. Ingat anak muda, cinta kasih yang tak dilanjutkan dengan pernikahan hanya akan menumbuhkan penderitaan yang panjang. (weis guaya..)
Udaranya pun sejuk. Namanya juga
taman flora, atau disebut juga kebun
bibit. Pasti sejuk. Banyak pepohonan seperti flamboyan, sono, asem londo, gandhulan dan lain
sebagainya. pepohonan itu meredam deru kendaraan bermotor, yang mengalir di sungai aspal itu.
Keliling sejenak untuk mencari tempat yang pas untuk menggelar tikar. Menikmati kue rangin yang dijual di pintu masuk. Setelah dapat tempat, aku memesan kopi susu dari warkop yang berjajar di luar pagar.
Najuba, anak pertama saya yang sekarang masih
berusia enam bulan, dalam perjalanan menuju ke tempat ini tidur
saja. Sampai di lokasi pun seperti itu. Saya godain biar bangun. Ia melek dengan
berat. Tapi akhirnya melek juga. Saya gendong kemudian berkeliling untuk
mengamati hijau-hijau daun (suara dengarkanlah aku…), Ia mengamati dari
satu fokus, ke fokus yang lainnya.
Nah, dalam catatan ini saya ingin
membahas masalah gendong-menggendong. Bukan menggendong ibunya lho ya… tapi
menggendong anaknya.
Beberapa orang bilang kalau anak
sering digendong menjadikan ia manja. “Bau tangan”, atau “tuman” kata orang
jawa. Nah kalau ndak digendong berarti "bau kasur" dong. Hehe.. ternyata setelah
saya baca-baca buku dan jelajah dunia maya ternyata menggendong malah membuat bayi
menjadi cerdas. Wow (sambil nyruput kopi) meski membuat kita “kemeng”. Demi
anak kemeng-kemeng dikit ndak masalah, itung-itung seperti fitnes angkat
barbel. Hahai. Beberapa alasan ini saya dapatkan
di bukunya Jalaluddin Rahmat yang berjudul “Belajar Cerdas” terbitan kaifa.
Selama sembilan bulan dalam
kandungan ibunya, seorang bayi seolah berada dalam ayunan. Sehingga ketika
lahir, dia mencari kenyamanan yang sama dengan digendong. Manakala digendong,
bayi akan mencari posisi yang nyaman, tubuhnya akan bergerak dan dengan itu ia
mengatur dirinya secara neurologis.
Jika bayi Anda menangis, angkat
dan gendonglah. Segera ia akan merasa aman, stres dan kecemasannya berkurang,
sehingga bayi yang lebih jarang menangis. Dan bayi yang jarang menangis, ia menggunakan
lebih banyak waktu dan energinya untuk tumbuh dan belajar. Bayi yang digendong
menunjukkan pertam-bahan waktu bangun, yang disebut dengan kesadaran tenang.
Inilah keadaan ketika bayi dalam keadaan paling tenang dan paling mampu
berinteraksi dengan lingkungan.
Ketika digendong dalam buaian
bayi akan lebih banyak mendapatkan perhatian orang tua dan lebih banyak
berinteraksi dengan lingkungan, dan karenanya, akan benyak membangun
koneksi-koneksi sel otak.
Para peneliti bilang nih, kalau
bayi yang digendong menunjukkan kesiapan visual dan auditif yang lebih tinggi. Karena
itu, kalau menggendong bayi, usahakan ia memandang ke depan. Pandangannya akan
lebih luas. Kemudian ia akan memfokuskan pada apa yang ingin dilihat dan
memalingkan dari apa yang tidak ingin dilihat. Kemampuan memilih inilah meningkatkan
proses belajar.
Ketika menggendong bayi, Anda
boleh untuk melakukan aktifitas lain. karena ternyata bayi belajar banyak pada
pengasuh yang sibuk. Otak bayi akan menyimpan pengalaman-pengalaman ini sebagai
ribuah potongan film pendek yang tersusun dalam “perpustakaan neuron”.
Para ayah, jangan malas menggendong bayi Anda. Jangan cuma ibunya saja yang di gendong, eh yang menggendong.
Enjoy...
[Ahmad Shobirin/14/April/2013]