Saya membaca buku karya Peter Elbow;
Writing without Teacher. Di dalamnya membahas tentang Freewriting.
Suatu gaya menulis yang bukan bergaya “formal”.
Freewriting atau menulis bebas
adalah bentuk latihan yang dapat membantu orang membiasakan dirinya untuk
menulis secara nyaman. Dalam latihan ini, orang disarankan untuk menuangkan
apapun yang dia pikirkan, bahkan ketidakmampuannya dalam menulis. Ketika
seseorang diminta menulis apapun yang terpikirkan olehnya selama sepuluh menit dan merasa buntu, orang itu
bisa saja hanya menuliskan kebuntuannya, kebingungannya. Dalam menulis bebas,
lupakan aturan, lupakan kesalahan. Menulislah saja. Luapkan saja.
Setiap manusia mempunyai dua belahan
otak—kiri dan kanan—yang bekerja sangat berbeda. Otak kiri bekerja secara teratur,
sementara otak kanan bekerja dengan bebas. Nah ketika mengawali kegiatan
menulis bebas, kita bisa “mematikan” terlebih dahulu otak kiri dan mengaktifkan
otak kanan. Menulis dengan menggunakan otak kanan inilah yang bisa kita sebut
dengan menulis di sebuah ruang privat yang dimana hanya ada kita sendiri.
Menurut saya, untuk memulali menulis
bebas, media yang paling efektif adalah menulis di buku harian. Ketika melakukan freewriting di buku harian, kita
tak usah terlalu memikirkan masalah tata bahasa, ejaan, ataupun struktur
kalimat ketika menulis. Kita juga harus berusaha untuk membebaskan diri kita.
Terserah kepada kita untuk menulis apa saja yang kita inginkan. Yang penting
kita merasa nyaman dan tak ada tekanan yang kita rasakan ketika menulis.
Berikan batasan waktu minimal untuk menulis bebas, setidaknya perlu sepuluh menit tanpa jeda untuk melakukannya. Jangan berhenti jika belum sepuluh menit. Karena itu, konsistenlah dengan program tersebut. Niscaya, kita akan mudah dalam menulis.
Selamat mencoba menulis bebas.
|Ahsho Obiyoso
|@pakguruobi