Salam

Terimakasih atas kesediaanya membaca tulisan-tulisan dalam blog ini. Semoga memberi manfaat. Keselamatan, kesejahteraan dan berkah Tuhan semoga senantiasa melingkupi kita semua. Mari menikmati hidup ini...

Kamis, 08 September 2011

Gara-Gara Sepatu Warrior


Alhamdulillah perut kenyang, ini habis makan tahu teknya cak Kur. Orang Lamongan yang berjualan tahu tek sekaligus warkop di gedangan sini. Tepatnya di sebrang jalan Telkom Gedangan Sidoarjo. Sempat mau kehabisan tadi, aku yang pesan terakhir ternyata dibuatin lebih awal. Ada orang yang sudah pesan tahu tek duluan, ternyata cak Kur ndak merasa. Sehingga orangnya agak protes. Untung masih tersisa satu porsi lagi tahu teknya. Makan malem kali ini habis biaya enam ribu rupiah. Rinciannya, empat ribu untuk tahu tek, seribu untuk es marimas, seribu untuk gorengan penutup makan malam. Uangku kini masih tersisa empat puluh empat ribu rupiah, bukan dolar.

Warrior; sepatu untuk sahabat

Sebelum berangkat makan malem tadi aku membaca novel teenlit karya Arie Saptaji, berjudul warrior; sepatu untuk sahabat.

Ceritanya klassik, tentang seorang gadis smp yang akan mengikuti lomba gerakjalan dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda. Mewakili sekolahnya dalam gerak jalan tingkat kabupaten. Dia anak seorang bakul lopis. Tak punya biaya yang cukup untuk membeli sepatu warrior seragam gerakjalannya.

Aku juga sempat nangis saat menbaca novel ini, maklum aku lelaki melankolins. Saat si gadis itu punya masalah dengan uang celengannya yang mulanya ingin ia gunakan untuk membeli sepatu tanpa merepotkan mboknya dari hasil ia bantu-bantu ibu temannya yang suka bikin kue. Ternyata saat mau membeli sepatu, adiknya (bukan adik sebenarnya) ternyata harus operasi usus buntu, maka ia rela menyerahkan uang yang telah ditabungnya kepada ibu si anak yang sudah dianggap adiknya sendiri itu.

Yah begitulah ceritanya. Ringan. Memang novel teenlit ditujukan untuk para remaja usia belasan. Dengan bahasa yang mudah. Namun ada pesan-pesan yang juga menarik menurutku. Di sana diceritakan ketegaran seorang ibu yang mengasuh anaknya dengan berjualan lopis dan bekerja serabutan. Ditinggal mati suaminya. Si ibu pandai untuk mendongeng setiap kali si putri hendak tidur. Dengan dongeng itu si ibu memberikan pesan-pesan moral kepada putrinya tersebut.

Keyakinan Bima

Ada juga tentang kisah pewayangan yang dimasukkan kedalam novel ini. Namun hal itu sebagai tambahan saja, ketika ayah teman si gadis itu adalah seorang penulis. Menceritakan tentang keteguhan Bima dalam mematuhi gurunya yaitu batara Durna. Bima sedang disuruh mencari yang namanya air suci. Meski si guru tersebut hanyalah mengelabui bima. Namun Bima sadalah seorang murid yang baik dan sangat baik. Mematuhi apa yang dikatakan oleh gurunya. Dia yakin dengan keyakinananya. Sehingga apa yang dia cari diketemukan. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya. Sehingga ia benar-benar mendapatkannya. Meski si guru tersebut menyangka bahwa ia tidak akan sanggup menemukannya.

Aku berfikir, di dalam cerita bima tersebut mempunyai pesan yang sangat mendalam, bahwa jika percaya bahwa sesuatu itu ada, maka ia benar-benar ada, dan dia akan diketemukan.

[]

Arie Saptaji menulis novel itu menghabiskan waktu sekitar tiga bulan, seperti tertera pada peragraf terakhir kalimat terakhir yang ditulis memojok.

Ternyata novel juga bisa menggugah seseorang untuk bisa menjadi lebih baik. Seperti novel ini. pesan-pesan kemanusiaan disusupkan dengan halus. Selama ini pandanganku novel hanyalah bualan belaka. Sehingga aku malas membacanya. sekarang jadi pengen buat novel. hehe.

Ini novel pertama yang aku baca langsung habis dengan waktu yang sangat singkat.

Aku menemukannya saat aku berada di perpus sekolah SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo, tempatku mengajar. Sebenarnya sudah berkali-kali aku melihat novel ini. Sampul yang berwarna kuning. Aku enggan membacanya. Hanya melirik saja. Entah kenapa tadi aku kok membaca novel ini. mungkin karena saat itu sepatu pantofelku rusak. Jadi nyambung dengan kondisiku. hahay. Andai saja ngajar boleh pakai sepatu warrior. Pasti nyaman, bisa ikut lari-lari sama-anak-anak didikku di sekolah ini. anak-anak memang pelari handal.

Saat aku membacanya, ada ketertarikan untuk melanjutkannya sampai habis. Dan benar saja. Habis, kuikuti seluruh ceritanya. Meskipun ada beberapa bagian yang bagiku kurang menarik. Tapi mungkin memang begitu, seorang penulis kadangkala merasa mentok untuk selalau bisa membangkitkan semangat, sehingga mereka hanya ingin memanjangkan kata dan cerita, namun tidak bisa membuat pembaca tertarik dalam menyimaknya.

[]

Senyumlah Sayang

Ada bait syair yang menarik di buku ini,

Yen ora bisa kanda, mesema

Yen ora pati cetha, mesema

Snajan atimu rada gela, mesema,

Ngras kena kanggo tamba

Mesema, mesema.

Kata-kata yang pernah kutemukan di sebuah artikel Jawapos atau Kompas gitu, lupa. sudah lama. Yang saat itu kucatat dan kugunakan untuk merayu kekasihku yang sedang bersedih. Ampuh. Ternyata sekarang di buku ini aku menemukannya. Ternyata ini adalah sebuah lagu. Mungkin besok akan aku cari musiknya di internet barangkali ada. Itung-itung untuk kembali mengenali kebudayaan jawa.

[]

Dan akhirnya, kita tahu bahwa menceritakan mengenai rasa tak se mbois menikmati rasa itu sendiri. Karena itu silakan membaca sendiri novel ini. Untuk benar-benar merasakannya. hihi.

[]

Ahmad Shobirin. Rabu, 19 Mei 2010, 21:10 malam. Di kos-kosan, jalan teratai no 24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar