Salam

Terimakasih atas kesediaanya membaca tulisan-tulisan dalam blog ini. Semoga memberi manfaat. Keselamatan, kesejahteraan dan berkah Tuhan semoga senantiasa melingkupi kita semua. Mari menikmati hidup ini...

Rabu, 18 Maret 2015

#Tandur: Tentang Buku dan Tujuan Hidup

Ini sebagai upaya menulis sebelum tidur. Saya menamakannya #Tandur, catatan menjelang tidur. Berefleksi. Biar nampak keren. Ah tidak, niatnya harus lebih baik. Biar ganteng saja. Haha.  

Ini semacam pikiran-pikiran yang melintas sebelum tidur. Jadi maklumi jika bisa membahas apa saja, atau bahkan tak membahas apapun. Tapi saya sungguh tak berharap ini menjadi “sampah”, semoga ada hikmah.

Tentang buku-buku.

Buku-buku menjadi guru-guruku. Dengan usia yang semakin bertambah, semakin sedikit untuk bertemu dengan majelis-majelis ilmu, sudah ndak sekolah atau kuliah lagi, maka membaca buku adalah salah satu solusi untuk terus belajar. Menyadari bahwa diri ini masih jauh dari kepandaian atau kebijaksanaan.

Betapa besar amal para penulis-penulis buku itu. Penerbitnya, editornya, penjualnya, atau orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mereka mempunyai amal yang tak terhingga. Aku menyebut buku-buku itu sebagai guru-guruku.

Sudah berguru? Sudah baca buku? Tuh ada Warkop Buku Obi di FB. Coba dah pesan sana. Kali-kali aja cocok bukunya. Hehe.

Tentang Tujuan hidup.

Sang guru berkata tentang makna atau tujuan hidup. Kalau kita ditanyai tentang apa tujuan hidup kita, mungkin jawaban yang kita berikan tidak secepat menjawab pertanyaan matematis (dengan catatan anda pintar matermatika). Sebab memperoleh jawaban dari pertanyaan ini bukanlah hal yang mudah. Seperti yang dikatakan oleh guruku bahwa sebenarnya, memahami tujuan hidup adalah proses yang sangat pelan dan mengasyikkan. Kita bisa merasakan misterinya sambil merenungkan keberadaan kita, umat manusia, dan juga alam. Dan karenanya, konsep tentang hidup juga berkembang secara bertahap sepanjang hidup.

Tujuan hidup kerapkali dikacaukan atau disamarkan dengan hal hal-hal yang yang bersifat materi duniawi. Kita anggap hal itu adalah yang mampu membuat kita bahagia seutuhnya. Namun, kita kemudian menemukan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari sumber-sumber eksternal yang bersifat sementara. Kebahagiaan sejati berasal dari dalam. Semakin dalam, sejalan hubungan kita dengan Tuhan.

Lalu saya ingat kutipan moto hidup seorang ulama Dr. Wahbah az Zuhaili ”Inna-sirra an-najah fi al-hayah ihsan ash-shilah billah ‘azza wa jalla” (Sesungguhnya, rahasia kesuksesan dalam hidup adalah membaikkan hubungan dengan Allah ‘azza wa jalla)

Bagaimana hubunganku dengan Tuhan? Ah, belum baik. Jarang komunikasi. Hubungan yang baik biasanya ditandai dengan komunikasi yang baik. Kamunikasi dengan Tuhan itu, melalui Dzikir. Kupikir-pikir, aku jarang berdzikir. Seharusnya aku mikir, kalau itu merusah hubungan baik. Moga Tuhan tetep maafin aku yang udah banyak salah. Amin…

Ilahi, anta maqsudi waridloka mathlubi.Tuhan, hanya Engkaulah yang kumaksud dan ridaMu yang kuharap. Toh kita juga sering mengucapkan inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. Tapi yang kita lakukan bukan lillahi ta’ala. Aduh. Ampuni lagi Tuhan…

Amin…

| Ahmad Shobirin Obiyoso | @pakguruobi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar